TEMPO.CO, Surabaya -
Kepala Dinas Sosial Surabaya, Supomo, mengatakan migrasi eks pekerja
seks di lokalisasi Dolly ke Malang bukan suatu hal yang aneh. Supomo pun
menilai kepindahan mereka tidak ada kaitannya dengan rencana penutupan
Dolly. "Mereka kan memang berpindah-pindah. Kalau tempatnya bagus, ya,
pindah," kata Supomo saat dihubungi Tempo, Selasa, 7 Januari 2014.
Supomo menyayangkan PSK eks Dolly tidak benar-benar bertobat. Pemerintah, kata dia, sudah memberikan berbagai pelatihan keterampilan untuk para PSK dan mucikari sebelum mereka dientaskan dari lokalisasi. Di antaranya keterampilan menjahit, memasak, menyulam, dan sebagainya.
Para alumni lokalisasi Dolly, kata Supomo, juga mendapat uang pesangon dari Pemerintah Kota Surabaya untuk dimanfaatkan sebagai modal berwirausaha. »Ternyata pesangon tersebut tidak dimanfaatkan semestinya,” ujarnya.
Menurut Supomo, penutupan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu tidak begitu sulit. Rencananya, sebelum memasuki bulan Ramadan tahun ini, Dolly resmi ditutup. Ketika ditanya mengapa Dolly tidak ditutup sesegera mungkin, Supomo menjawab dengan guyonannya. "Menunggu Anda istikharah dulu, baru saya tutup," ujarnya (lihat: 2014, Dolly Bersih dari Prostitusi ).
Yayasan Paramitra Malang menemukan sedikitnya 10 PSK dari Dolly "membuka praktek" di Kabupaten Malang. Mereka menyerbu lokalisasi di daerah Kabupaten Malang dan sekitarnya, seperti lokalisasi Suko di Kecamatan Sumberpucung.
Selain Suko, masih ada banyak lokalisasi di Malang, yakni lokalisasi Slorok dan Kandangsapi di Kecamatan Gondanglegi, lokalisasi Kali Kudu di Kecamatan Pujon, lokalisasi Kebobang Wonosari, serta lokalisasi Kromengan, Kebobang, dan Embong Miring di Kecamatan Ngantang. Di antara beberapa lokalisasi tersebut, tampaknya Suko menjadi favorit PSK asal Surabaya. Selain Surabaya, eks PSK Banyuwangi dan Tulungagung juga menyerbu Malang.
Kebijakan pemerintah daerah menutup kawasan lokalisasi dengan memberikan santunan kepada PSK maupun mucikari ternyata belum cukup efektif. Menurut Marsikan, pemerintah harus lebih serius memberi bekal keterampilan agar para pekerja seks ini siap beralih profesi. »Lokalisasi tak bisa ditutup sepihak tanpa memberi bekal keterampilan yang memadai,” kata Marsikan kepada Tempo, Selasa, 7 Januari 2013.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar