Minggu, 23 Juni 2013

Kenaikan Harga BBM, "Program BLSM Bagi Warga Dinilai Tidak Tepat"

Warga berunjuk rasa menuntut pengawasan penyaluran bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (23/6/2013). Pengunjuk rasa menilai BLSM yang disalurkan selama empat bulan tersebut rawan diselewengkan dan dikorupsi dan jadi konsumsi politik.

Kompensasi kenaikan harga BBM melalui program BLSM dinilai bukanlah solusi yang tepat bagi pemerintah. Diketahui pemerintah membuat program BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) untuk mengantisipasi dampak kenaikan BBM di masyarakat.

"BLSM cuma jadi obat sementara tapi tidak mengobati," kata Wasekjen PPP Syaifullah Tamliha saat dihubungi wartawan, Minggu (23/6/2013).

Syaifullah mengatakan pemberian bantuan dana tersebut membuat kesan warga Indonesia sebagai tukang minta-minta. "Kalau di Australia  mereka yang mengganggur mendaapat uang," kata anggota Komisi I DPR itu.

Syaifullah mengaku lebih setuju bila BLSM dialokasikan untuk membantu pengusaha kecil menengah yang lebih produktif,  untuk pengembangan dunia usaha, sehingga masyarakat juga belajar mandiri.

"Solusinya cipatakan usaha yang lebih produktif untuk pengusaha kecil menengah, kasih pinjaman dengan  bunga 1 persen,   tanpa agunan," tuturnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar